Senin, 17 Maret 2014

prosesi jumad agung

Ziarah ke Wure Menjelang Prosesi Jumat Agung di Larantuka



Salah satu rangkaian acara prosesi Jumad Agung tiap tahun di Kota Reinha Rosari Larantuka, Flores Timur NTT adalah “ziarah ke Wure.” Wure adalah salah satu desa yang terletak di tepi pantai, Kecamat13107094841356212428an Adonara Barat. Wure, dari Kota Rowido atau Sarotari hanya 45 menit dengan kapal motor kecil, milik warga setempat. Ke Wure, kita harus melewati sebuah selat yang sering disebut warga setempat dengan nama selat Weri, karena selat itu berhadapan dengan nama sebuah desa setempaat.
Wure, bukan sebuah tempat di Adonara Barat bahkan di Larantuka yang asing didengar. Wure dikenal selain sebagai penghasil kelapa dan kacang-kacangan, juga merupakan sebuah tempat yang dikenal sebagai tempat penyimpanan barang-barang rohani peninggalan Portugis. Bahkan bukan hanya itu saja, tapi dengan letak Wure yang strategis di tepi pantai dan memiliki modal peninggalan Portugis, Wure ke depan bisa berpotensi menjadi salah satu tempat wisata rohani yang bagus.
Menjelang prosesi Jumad Agung setiap tahun di kota yang berpelindungkan Sta.Maria Reinha Rosari, umat Katolik baik di Paroki San Juan Lebao maupun Paroki Katedral Reinha Rosari mempunyai kebiasaan yang mentradisi bahwa pada hari Rabu Trewa dan Kamis Putih pagi hingga siang hari, berziarah ke Wure. Umat ziarah ke Wure untuk memanjatkan doa dan pujian serta memohonkan ujud-ujud khusus di hari Semana Santa (dibaca: pekan suci). Ziarah ke Wure pun bukan hanya umat Katolik di Larantuka dan Lebao lagi, tetapi juga untuk semua peziarah yang datang dari luar Larantuka.
Para peziarah yang datang mengikuti prosesi Jumad Agung di Larantuka, bisa berziarah ke Wure. Para peziarah memakai mobil angkot ataupun kendaraan cartheran dari terminal Kota Larantuka menuju pantai Kota Rowido atau Sarotari. Di tepi pantai itu, telah ada kapal motor milik warga setempat yang siap mengantar para peziarah ke Wure. Harganya pada 20 April 2011, sangat murah. Perorang hanya lima ribu rupiah, sekali antar. Jadi kalau pergi-pulang, sepuluh ribu rupiah.
1310709657312435755
kapel wure tlah berumur 5 abad, peninggalan portugis.
Kondisi kapal motor milik warga tersebut hanya memuat penumpang sebanyak belasan atau dua puluhan orang. Kapal motor itu terbuat dari kayu. Ada juga kapal motor yang cukup besar. Itu hanya khusus bagi umat yang dari jauh seperti Waiwerang, Kota Larantuka ataupun Waibalun dan sekitarnya. Kapal motor itu, biasanya setiap hari dipakai pemiliknya untuk memancing dan memukat ikan. Kapal motor itu lebih tepat dikatakan, milik para nelayan. Mereka memanfaatkan pada hari bae untuk mengankut penumpang, para peziarah ke Wure. Bahkan kapal motor warga itu dipakai juga untuk perarakan laut ”Tuan Menino” dari Kota Rowido menuju Pantai Uce, Larantuka untuk kemudian disemayamkan di kota Larantuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar