Tenun Ikat Flores (Keragaman Corak dan Ragam Hias)
Larantuka
Kain tenun ikat dengan motif patola mempunyai nilai tinggi. Oleh karena itu, daerah-daerah
tenun di wilayah Nusa Tenggara Timur memiliki motif-motif patola yang diperuntukkan khusus
bagi kalangan raja-raja, pejabat, dan tokoh adat yang jumlahnya terbatas. Kain tenun Lio
dengan ragam hias patola ini juga hanya dipergunakan di kalangan keluarga kepala adat atau
pendiri kampung yang disebut musalaki. Bahkan kain ini dianggap sangat istimewa hingga ikut
dikuburkan bersama jenazah seorang bangsawan atau raja. Selain itu kain patola dari Lio yang
panjangnya sampai empat meter, yang disebut katipa, digunakan sebagai penutup jenazah.
Menurut P. Sareng Orinbao dalam bukunya Seni Tenun Suatu Segi Keburinycum Orang Flores,
Lembata
daerah di Flores bagian timur yang terkenal dengan kain tenun ikatnya adalah
Lembata. Di daerah ini, khususnya daerah Lamalera menurut Ruth Barnes dalam tulisannya
The Bridewealth Cloth of Lamalera Lembata, disebutkan bahwa hanya kain sarung untuk
wanita yang memakai motif ikat yang disebut mofa. Kain sarung wanita itu sendiri disebut
kewatek. Kain sarung untuk laki-laki tidak memakai motif ikat. (Kain sarung untuk wanita
berfungsi sebagai pemberian dari pihak perempuan kepada pihak laki-laki dalam upacara
perkawinan).
Ada dua jenis tenunan kain sarung ikat Lembata yaitu kewatek nai rua dan kewatek nai telo.
Kewatek nai rua adalah kain sarung yang tenunannya terdiri atas dua bagian kain yang
digabungkan. Kewatek nai telo adalah kain yang paling tinggi nilainya. Kain ini terdiri atas tiga
bagian yang disambungkan menjadi satu sarung.
Kain Sarung Lembata
Tenun Lembata mempunyai ciri khas dengan dua atau tiga sambungan. Kain ini dipergunakan
sebagai mas kawin dalam upacara perkawinan dari pihak keluarga perempuan, dan
dipertukarkan dengan gelang-gelang dari gading gajah yang sangat berharga yang diberikan
oleh keluarga pihak laki-laki. Semua jenis mas kawin ini merupakan warisan yang diberikan
turun-temurun. ( sumber : orangflores )
Tentang Kain Tenun Ikat adonara - flores timur
Tradisi pembuatan kain tenun ikat khususnya masyarakat Flores Timur dilakukan secara turun temurun, dari generasi ke generasi baik teknik pembuatannya maupun nilai dan filosofi yang terkandung di dalamnya. Bagi masyarakat di sana, kain tenun ikat bukan sekedar busana yang dikenakan sehari-hari, ataupun souvenir saja, namun juga berfungsi sebagai penanda identitas etnis, belis atau mahar perkawinan mereka. Dalam tradisi masyarakat di sana, pada saat pernikahan, seorang pria akan memberikan belis berupa gading gajah, sedangkan sebaliknya pihak perempuan akan menyerahkan selembar kain tenun ikat yang dibuat secara tradisional. Selain itu, fungsi kain tenun ikat juga sebagai bekal kubur yang disertakan pada seseorang yang meninggal dan dibawa ke liang lahat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar